26.5.10

Ekspor Karet Sumsel Meningkat

PALEMBANG - Krisis politik di Thailand berdampak positif terhadap perkebunan karet di Sumatera Selatan Importir karet setengah jadi mulai mengalihkan pesanannya ke pengusaha daerah itu sehingga terjadi peningkatan volume ekspor hingga 50 persen atau berkisar 100.000 ton sejak April hingga pertengahan Mei 2010.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Eddy Kurniawan di Palembang, Senin (24/5), mengatakan, sebulan ini pihak asosiasi menerima tambahan permintaan ekspor karet setengah jadi. Permintaan berasal dari belasan perusahaan rekanan di negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan sebagian Eropa.

Biasanya, lanjut Eddy, para importir memesan karet setengah jadi dari Thailand dan Indonesia. Namun, karena dampak krisis politik Thailand mulai merambah sektor industri, seluruh permintaan dialihkan ke Indonesia, terutama Sumsel

"Asosiasi dan pengusaha menyanggupi permintaan importir. Ini mempertimbangkan pasokan getah karet di petani yang memang berlebih dalam beberapa bulan terakhir," kata Alex.

Data Gapkindo Sumsel menyebutkan, volume ekspor karet setengah jadi di provinsi itu mulai meningkat pada Maret 2010 menjadi 70.000 ton. Bulan sebelumnya tercatat 60.000 ton.

"Terkait krisis Thailand, saat ini ada tambahan permintaan volume hingga 50 persen. Mengacu catatan asosiasi, volume ekspor karet setengah jadi dari Sumsel meningkat menjadi 100.000 ton sejak pertengahan April sampai pertengahan Mei 2010," ujarnya.

Kenaikan volume ekspor turut berimbas pada kenaikan harga getah karet dari petani ke pabrik. Dua pekan ini harga getah naik jadi Rp 8.000-Rp 8.350 per kilogram dari sebelumnya Rp 6.000-Rp 6.500 per kg.

Petani bersemangat

Wantjik Harun (43), Ketua Kelompok Petani Karet Desa Air Batu, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, mengatakan, kenaikan harga membuat petani di desa itu bersemangat menyadap getah.

"Kami agak heran karena pihak pabrik meminta tambahan getah sebanyak-banyaknya dengan harga jual naik. Kalau biasanya hanya menjual 50 kilogram per hari, dua pekan ini saya menjual lebih dari 100 kilogram getah per hari," katanya.

Selama ini karet setengah jadi asal Sumsel digunakan perusahaan otomotif dan produsen barang jadi rumah tangga.

Alex menuturkan, dua dekade ini Thailand menjadi pesaing utama Indonesia di perkebunan karet. Karena itu, ia mengimbau petani agar memanfaatkan momen krisis Thailand. Caranya, meningkatkan kualitas kebersihan getah agar harga di padar ekspor juga naik. Sebelum krisis di Thailand, mayoritas importir lebih memilih membeli karet setengah jadi dari negara itu karena lebih bersih. (ONI)
Sumber: Kompas, 25 Mei 2010 hal 22

No comments:

Post a Comment